Selasa, 11 April 2017

Aksi Bersih Vandalisme dan Sampah Plastik di Gunung Agung - BALI

Sebelum membahas mengenai kegiatan tersebut, ada baiknya kita membahas dulu apa itu VANDALISME????

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) VANDALISME adalah suatu perbuatan merusak dan menghancurkan hasil karya seni dan barang berharga lainnya (sebut saja keindahan alam dan sebagainya). Awalnya Vandalisme itu berasal dari kata Vandal atau Vandalus yang merujuk pada suatu suku di sebuah bangsa, lebih tepatnya bangsa Jerman Kuno. Kaum tersebut memperluas jangkauan wilayah kekuasaannya sampai Spanyol dan Afrika Selatan. Saat ingin menguasai Roma pada 455 Masehi, kaum ini mnghancurkan karya seni yang ada di Rom. Maka dari itu, Vandalisme merujuk pada perilaku kaum tersebut, yaitu menghancurkan dan merusak karya indah secara sengaja (Irraisa, 2014). Saya rasa sudah cukup untuk pembahasan tentang VANDALISMEnya.

Tepat pada tanggal 02 April 2017 merupakan sebuah momen baru. Iya bisa disebut baru karena yang kami laksanakan yaitu melakukan Aksi Bersih Vandalisme dan Sampah Plastik bersama teman-teman Mapala se-Bali dalam Memperingati Hari Bumi sekaligus Rangkaian Kegiatan Ulang Tahun Mapala "Wanaprastha Dharma" Universitas Udayana yang ke-36 tahun. Adapun Mapala yang ikut berpartisipasi yaitu; Mapala Cakra Bhuwana, Mapala Dama Satya, Mapala Mitra Satya Buana, Mapala Kompast, Mapala Citta Mandala, Mapala Dhyana Pura, dan Himapalhi STIBA. Ada sekitar 36 orang anggota perwakilan dari setiap Mapala se-Bali yang ikut berpartisipasi untuk melaksanakan kegiatan ini. Merupakan suatu antuisme yang sangat besar menurut saya.

Aksi Bersih ini dilaksanakan di Gunung Agung, Bali melalui jalur pendakian via Pura Pasar Agung (saya menyebutnya jalur selat) yang berada di Desa Sebudi, Kecamatan Selat, Kabupaten Karngasem, Bali.  Kenapa kita memilih lokasi kegiatan melalui jalur ini?? Karena saat kita melakukan perjalanan ke Gunung Agung via Pura Pasar Agung, kita pasti akan menemukan bekas coretan dari pilox di bebatuan. Yang paling parah terdapat di batas vegetasi (biasa kita sebut triangulasi) menuju ke puncak. Contohnya bisa kita lihat pada gambar di bawah, sungguh mengharukan bukan???

Gambar 1. Vandalisme di puncak gunung agung

Dari pengamatan saya, dari beberapa tahun belakangan kegiatan mendaki gunung atau hiking sangatlah marak dilakukan dan juga banyak yang meminatinya. Bukan hanya komunitas dan organisasi kepecintaalaman saja yang melakukan kegiatan ini tetapi dari berbagai latar belakang dan kalangan yang berbeda. Hal ini terbukti dari berbagai sumber informasi, kita dapat mengetahui semakin bertambahnya pendaki yang menginjakkan kakinya di gunung. Di Bali sendiri setiap bulan Agustus tepatnya saat HUT RI pasti banyak orang yang melakukan pendakian (biasanya di Gunung Agung dan Gunung Batur) sehingga gunung tersebut terlihat seperti di pasar karena banyaknya pendaki yang datang sehingga saat berjalan saja kita harus mengantri. Saya rasa itu wajar saja terjadi, yang tidak wajarnya adalah saat selesai melakukan pendakian sudah pasti banyak sampah seperti puntung rokok dan sampah plastik yang kita temui saat berjalan. Hal yang paling parahnya adalah adanya coretan-coretan dari PILOX yang bertuliskan nama mereka di bebatuan maupun di pohon. Entahlah untuk apa mereka melakukannya? Jawabnya hanya merekalah yang tau..

JANGAN DITIRU
Gambar 2. Vandalisme sebelum puncak gunung agung

Pada tanggal 1 April 2017 sekitar jam tiga sore, sebelum melaksankaan kegiatan kami melakukan briefing di Sekretariat Mapala WD Unud mengenai teknis keberangkatan menuju lokasi, serta pembagian peralatan yang dibutuhkan dan juga cara membersihkan Vandalism yang ada di bebatuan. Setelah semua peralatan dibagiakan dan selesai di packing kita langsung berangkat ke lokasi kegiatan. 

Gambar 3. Briefing kegiatan di sekretariat Mapala WD Unud

Setelah melakukan perjalanan selama kurang lebih 3 jam dengan menggunakan sepeda motor akhirnya kami sampai di Pos Jaga Pendakian. Tempat itu sangatlah sepi yang ada hanya kami dan beberapa warga yang melakukan sembahyang di Pura Pasar Agung, mungkin karena masih sore kali yaaa makanya sepi??? Setelah kami sampai, maka kami berisirahat sejenak di tempat ini, lumayan perjalanan sekitar 3 jam bro.. Setelah selesai istirahat maka kamipun langsung menuju ke Wantilah Pura Pasar Agung untuk melanjutkan istirahat yang kurang dan juga makan malam...

Gambar 4. Pos jaga/ start point pendakian

Sesampainya di wantilan saat itu sekitar jam delapan malam kurang, maka setiap orang sibuk mengeluarkan alat masak untuk membuat makan malam. Maklum broo perut orang Indonesia.

Gambar 5. Makan malam di wantilan pura pasar agung

Gambar 6. Makan malam di wantilan 

Setelah selesai makan malam, beberapa orang ada yang langsung istirahat dan banyak juga yang ngobrol sambil menunggu hujan berhenti. Saat itu memang cuacanya kurang bersahabat untuk melanjutkan perjalanan. Sekitar jam 1 pagi, setelah hujan reda maka kamipun melakukan perjalanan menuju lokasi aksi bersih vandalisme.

Setelah tiba di lokasi tepatnya di batas vegetasi atau triangulasi, saat itu sekitar jam 7 pagi kamipun membentuk beberapa kelompok dan mencari coretan di bebatuan yang siap untuk di bersihkan. Di lokasi ini sangatlah banyak kami menemui bebatuan yang ada coretan piloxnya. Setelah ketemu coretannya dengan semangat kami membersihkan coretan tersebut menggunakan peralatan yang sudah kami bawa. 

Gambar 7. Aksi vandalisme di batas vegetasi atau triangulasi

Gambar 8. Aksi bersih vandalisme

Gambar 9. Aksi bersih vandalisme

Selama kegiatan Aksi Bersih Vandalisme saya dan teman saya segera mencari lokasi yang strategis untuk memasang plang larangan yang sudah kami bawa. Setelah sekitar 20 kamipun menemukan lokasi tersebut. Lokasi pemasangan plangnya tepat di cabang sebelum menuju ke batas vegetasi atau triangulasi.

Gambar 10. Menuju lokasi pemasangan plang
Gambar 11. Pemasangan plang larangan

Hampir selama 4 jam lamanya kami melakukan kegiatan bersih-bersih vandalimse dan juga pemasangan plang. Setelah semuanya selesai maka kami pun kembali lagi ke lokasi aksi bersih vandalisme. Setelah semua selesai mka kamipun melakukan foto bersama menggunakan bendera mereh putih. Setelah selesai foto bersama maka kamipun langsung bergegas untuk turun sambil membawa sampah plastik yang kami jumpai selama perjalanan turun.

Gambar 12. Foto bersama sekaligus pengibaran bendera merah putih

























Sabtu, 14 Januari 2017

Seminar Perencanaan Alam Bebas Safe Can Be Fun

Bertemakan "Safe Can Be Fun", Mapala "WD" UNUD Gelar Seminar Perencanaan Perjalanan Alam Bebas.

Untuk meminimalisir musibah pendakian akibat maraknya pendaki dengan minim persiapan, Mapala "Wanaprastha Dharma" Udayana menggelar Seminar Perencanaan Perjalanan Alam Bebas sebagai salah satu bentuk edukasi terhadap masyarakat umum maupun penggiat alam bebas, Sabtu (15/10)

"Seminar ini dilatarbelakangi banyaknya musibah dikalangan penggiat alam bebas yang kerap terjadi belakangan ini. Dengan tujuan utuk menumbuhkan kesadaran akan pentingnya manajemen perjalanan", kata Ni Luh Putu Oktavia Purnama selaku Ketua Panitia Seminar dalam sambutannya.

Gambar 1. Foto bersama peserta dan panitia SCBF

Menurutnya, tema "Safe Can Be Fun" kali ini lebih terfokus pada kenyamanan dan keamanan saat beraktivitas di alam bebas meskipun membutuhkan persiapan yang lebih. Sehingga diharapkan seminar ini dapat meminimalisir resiko yang disebabkan oleh penggiat alam bebas itu sendiri. 

Pelaksanaan seminar ini mengusung tiga topik utama yaitu Perencanaan Perjalanan yang dibawakan oleh salah satu Indonesian Seven Summiters Mahitala Unpar, Janatan Ginting. Kemudian topik kedua dibawakan oleh dr. A.A. Istri Agung Wida yang merupakan. anggota Mapala "WD" UNUD tentang Kesehatan dan Keselamatan Perjalanan. Sedangkan topik yang terakhir mengenai Dokumentasi Perjalanan dibawakan oleh salah satu Ekspeditor Aksa 7, Wihana Erlangga.

Gambar 2. Pembicara seminar

Seminar yang berlangsung di Gedung Institute for Peace and Democracy UNUD ini mendapat sambutan hangat dari 115 peserta yang berasal dari kalangan mahasiswa, siswa pecinta alam dan umum. Terbukti dari antusiasme peserta untuk bertanya pada sesi diskusi. (ester)



Kamis, 10 Maret 2016

Pendakian Gunung Agung, Jalur Desa Datah (Banjar Kedampal) - Bali

Salam Lestari....
Cerita pertama yang saya publikasikan di blog ini adalah mengenai perjalanan saat melakukan pedakian ke Gunung Agung. 

Perjalanan ini berawal ketika saya dan dua teman saya (sebut saja namanya Tungu dan Pogot) di Mapala "Wanaprastha Dharma" Universitas Udayana sedang mengikuti Pelatihan Tingkat Lanjut (PTL) Divisi Hutan Gunung  pada tahun 2015 lalu. Pelatihan ini merupakan salah kegiatan yang dapat melatih skill kita untuk berpetualang di alam bebas, melatih kita untuk menerapkan ilmu Perencanaan Perjalanan, Manajemen Ekspedisi dan pastinya menambah ilmu yang ga bakalan didapat pada bangku sekolah/kuliah.

Sebelum kami melakukan pendakian melalui jalur ini, banyak hal yang harus dipersiapkan diantaranya; melakukan survei kelokasi dahulu untuk mengurus perizinan (hal ini wajib dilakukan), membuat proposal kegiatan, latihan fisik, navigasi darat dan masih banyak lagi persiapan yang kami lakukan seperti mempersiapkan logistik selama pendakian dan alat pendukung pendakian. Sebenarnya kalau dipikir-pikir, yang ribet itu persiapannya aja bukan di pelaksanaanya wkwkkwkwk.

Okeee, karena semua persiapan sudah selesai, maka pada tanggal 10 Juli 2015 yang lalu kami berangkat menuju ke lokasi menggunakan empat buah sepeda motor (kenapa empat? karena ada seorang instruktur kami yang ikut mendampingi saat ptl ini, namanya Jaber) kami menggunakan sepeda motor dikarenakan lebih efisien digunakan untuk menuju lokasi. Tepat jam 6 pagi, kami berangka kelokasi. Butuh waktu sekitar 3 jam hingga tiba di tempat ini dengan kecepatan rata2 60 km/jam. Setelah sampai di lokasi kami langsung memarkirkan motor yang kami bawa, lalu istirahat sejenak serta melakukan plotting area. Setelah istirahat sekitar 2 jam lamanya, maka pendakianpun kami mulai di bawah teriknya matahari, karena saat itu jam sudah menunjukkan jam 12 siang.
Gambar 1. Start point pendakian
Pada awal pendakian kami banyak menjumpai tumbuhan arbei, cycas rumphi dan juga pohon pinus yang batang hitam akibat bekas kebakaran yag terjadi pada tahaun 2013 tahu. Sepanjang perjalanan jalurnya cukup tertutup dan lebat karena banyak pohon pinus dan juga Senggani, sehingga kami harus membersihkan jalur tersebut dan memebuat marka/ tanda di pohon. Setelah melakukan perjalanan selama 6 jam yang melelahkan akhirnya kami pun memutuskan untuk istirahat di jalur yang dipenuhi dengan tumbuhan ilalang yang cukup lebat. Dari lokasi camp 1 ini kita dapat melihat langsung Desa Datah dengan jelas dan juga laut lepas yang menambah keindahannya. Setelah sampai di lokasi camp 1, kami langsung mempersiapkan lokasi. Dikarenakan tidak ada tempat yang datar, maka kami harus menggali dan menimbun tanah untuk membuatnya datar agar nyaman untuk tidur. Lokasi camp 1 ini berada pada ketinggian sekitar 1800 meter diatas permukaan laut (mdpl).
Gambar 2. Lokasi camp 1
Setelah kami selesai membuat permukaannya datar maka kami langsung mendirikan tenda, dan mengganti pakaian jalan kami dengan pakaian tidur, lalu membuat api dan memasak untuk makan malam. Setelah selesai mempersiapkan segala sesuatunya, maka kami pun langsung menyantamakan malam kami dengan lahapnya, wkwkkkw. Setelah selesai menyantap makanan malam, maka kami membersihkan peralatan makan dan langsung istirahat untuk memulihkan tenaga yang hilang.

Keesokan harinya sekitar pukul 6 pagi kami terbangun dari tidur karena disinari oleh sunrise yang begitu indah. Setelah bangun maka kami langsung mengeluarkan kamera yang kami bawa untuk mendokumentasikan pemandangan tersebut. Dikarenakan disuguhi oleh pemandangan yang begitu indah, tak terasa jam sudah menjunjukan pukul 8 pagi, maka kami pun langsung memasak untuk sarapan, lalu membereskan tenda, api dan sampah. Setelah selesai membersihkannya kami langsung melanjutkan perjalanan.
Gambar 3. Kondisi jalur menuju camp 2
Selama perjalanan ini jalurnya juga masih tertutup dan lebat dengan semak-semak, sehingga kami harus mengeluarkan tenaga yang lebih agar dapat sampai ketujuan kami. Setelah melakukan perjalanan selama 10 jam yang melelahkan kamipun sampai di camp 2, karena sudah malam maka kamipun langsung mendirikan tenda dan membuat api untuk menghangatkan tubuh, soalnya saat itu angin berhembus cukup kencang dan suhu di sana kira-kira mencapai 15 derajat celcius. Di lokasi camp 2 ini tempatnya cukup luas dan juga datar, kira-kira bisa menampung 5 buah tenda dengan kapasitas 4 orang. Setelah selesai makan malam, maka kamipun langsung segera tidur. Lokasi camp 2 ini berada pada ketinggian sekitar 2700 mdpl.
Gambar 4. Lokasi camp 2
Keesokan harinya kami bangun dan segera membersihakan peralatan yang kami gunakan, setelah selesai bangun maka kami langsung melanjutkan perjalanan menuju puncak Kedampal. Dari camp 2 menuju puncak Kedampal, jalurnya cukup ekstrim. Sepanjang jalur ini jalurnnya terbuka, tanpa ada tumbuhan yang dapat melindungi kita dari panasanya sengat matahari. Sehingga saya menyarankan bagi yang mau melewati jalur ini harus menggunakan pakaian yang tertutup, bila perlu membawa topi dan sunblock. Pada jalur ini kita juga akan disuguhi oleh pemandangan bebatuan vulkanik dan tumbuhan Edelweis yang tumbuh dengan subur namun tidak banyak.
Gambar 5. Kondisi jalur menuju puncak kedampal
Sepanjang jalur ini jalurnya juga tidak terlalu luar, kira-kira sekitar 2 meter lebarnya, sehingga kami harus berhati-hati dalam melangkah agar tidak terjatuh/ terpeleset. Selama perjalanan kami juga mendokumentasikan jalur dan juga pemandangan yang begitu indah. 
Gambar 6. Jalur menuju puncak kedampal

Gambar 7. Istirahat dijalur menuju puncak

Gambar 7. Istirahat sekaligus menikmati pemandangan
Butuh waktu sekitar 3 jam dari lokasi camp 2 menuju puncak kedampal. Setelah kami sampai di puncak Kedampal, kami langsung istirahat dan mengambil gambar menggunakan kamera yang kami bawa. Dari ini kita dapat melihat dengan jelas puncak-puncak gunung jalur pura pasar agung dan juga jalur besakih. Selain itu juga di puncak ini ada hal yang cukup unik, karena ada tumbuh sebuah pohon yang subur di ketinggian 2935 mdpl. 
Gambar 8. puncak kedampal

Entri yang Diunggulkan

https://unud.academia.edu/RenhardManurung